FKKLN Strategi Diplomasi Indonesia di Asia Selatan

By Admin

nusakini.com--Kementerian Luar Negeri melalui Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan menyelenggarakan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) “Strategi Diplomasi Indonesia di Asia Selatan" di Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, belum lama ini.

FKKLN tersebut merupakan forum bertukar pikiran dan pandangan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, pelaku usaha sampai akademisi. Hasil FKKLN berupa rekomendasi kebijakan yang dapat menunjang diplomasi ekonomi. 

FKKLN membahas secara komprehensif mengenai upaya mengkapitalisasi kedekatan politis, historis dan geografis Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Asia Selatan menjadi kedekatan ekonomi, sekaligus merumuskan langkah strategis yang efektif dalam menerjemahkan hubungan tersebut, khususnya dalam menindaklanjuti hasil-hasil kunjungan Presiden RI ke Kawasan Asia Selatan baru-baru ini. Indonesia sangat berkepentingan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di kawasan ini. 

Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut Kepala BPPK Kementerian Luar Negeri, Dr. Siswo Pramono LL.M; Asisten Deputi Koordinasi Kerjasama Asia, Pasifik, dan Afrika Kemenko Polhukam, Dr. Pribadi Sutiono; Dosen Magister Ilmu HI Universitas Paramadina, Ahmad Qisai Ph.D; dan Dosen Ilmu HI Universitas Gajah Mada, Yunizar Adiputera MA. Adapun Duta Besar India untuk Indonesia, H.E. Pradeep Kumar Rawat hadir sebagai keynote speaker. 

Kawasan Asia Selatan merupakan salah satu kawasan yang berkembang pesat dan merupakan salah satu pendorong perekonomian global. Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif rendah (dimana hanya tumbuh sekitar 3,6% pada tahun 2017 dan diperkirakan akan tumbuh 3,7% - 3,8% pada 2018-2022), Asia Selatan tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan global.

India sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan masih menjadi penggerak utama pertumbuhan dimaksud. Sementara itu, secara politis dan historis, Indonesia dan negara-negara di Asia Selatan memiliki kedekatan antara lain melalui kebersamaan pada Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok atau dalam konteks kontemporer, perkembangan kerjasama kawasan, melalui IORA. 

Walaupun secara geografis berdekatan, Indonesia dan negara-negara di Asia Selatan memiliki tingkat konektivitas yang masih rendah. Konektivitas udara / penerbangan langsung masih sangat terbatas. Konektivitas laut juga rendah/terbatas, yang terlihat dari shipping line connectivity Indonesia ke seluruh negara-negara Asia Selatan, tidak lebih dari 0,37 (indeks tertinggi dengan India, tahun 2016). Adapun perdagangan Indonesia di Asia Selatan hanya sebesar US$18,7 milyar, hanya 35% dari perdagangan Indonesia dengan Tiongkok, dengan jumlah penduduk (pasar) yang hampir sama antara Asia Selatan dan Tiongkok. 

Pemerintah Indonesia menunjukkan perhatian yang semakin besar terhadap Kawasan Asia Selatan, yang ditunjukkan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke 5 (lima) negara di Asia Selatan yaitu Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan Indonesia dengan Kawasan ini perlu diintensifkan guna menghasilkan kerja sama konkrit yang bermanfaat untuk rakyat di kawasan. (p/ab)